Bacaan : MI 7 : 14-20; MAT 12 : 46-50
MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH
Salah satu kecendrungan manusia adalah mengutamakan kehendak atau keinginan pribadi. Sejalan dengan ini maka manusia selalu menomorsatukan kehendak pribadinya. Ketika manusia menomorsatukan kehendak atau keinginan pribadi maka kehendak Tuhan dinomorduakan atau dikesampingkan.
Menjadi pertanyaan mengapa manusia lebih cendrung menomorsatukan kehendak atau kemauan pribadi dan mengesampingkan kehendak Tuhan? Jawabannya karena manusia selalu berprinsip hari ini untuk pribadinya dan hari esok untuk Tuhan. Prinsip ini terus menerus diulang dalam hidupnya. Dengan prinsip ini maka kehendak pribadi selalu diprioritaskan dalam hidup.
Dalam hidup dan karya-Nya, Yesus selalu mengutamakan kehendak Bapa-Nya. Kabar baik yang disampaikan adalah kehendak Bapa-Nya. Perbuatan baik yang dilakukan adalah kehendak Bapa-Nya. Bahkan penderitaan yang ditanggung-Nya dan kematian-Nya diatas kayu salib adalah kehendak Bapa-Nya.
Bagi Yesus, kehendak Bapa-Nya yang selalu diutamakan dalam seluruh hidup-Nya. Sejalan dengan ini maka Yesus rela mengorbankan kehendak pribadi-Nya sehingga kehendak Bapa-Nya yang selalu digolkan. Meski kehendak Bapa-Nya adalah jalan salib yang harus dilalui Yesus tetapi Dia tetap menjalani sampai tuntas.
Injil yang kita baca dan renungkan hari ini melukiskan tentang Yesus mengajar di Bait Allah. Sesungguhnya yang dilakukan Yesus dalam bait Allah adalah kehendak Bapa-Nya. Namun ketika Ia sedang mengajar, datanglah ibu-Nya dan saudara-Nya menemui Dia. Ketika disampaikan kepada Yesus bahwa Ibu-Nya dan saudara-Nya datang untuk menjumpai-Nya malahan Yesus menegaskan bahwa siapapun yang melakukan kehendak
Bapa-Nya adalah Ibu-Nya dan saudara-Nya.
Disini Yesus membuka ruang dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siapapun untuk melakukan kehendak Bapa-Nya. Dengan demikian yang disebut keluarga Yesus tidak hanya dilihat sebatas relasi biologis tetapi juga relasi dengan Bapa-Nya. Siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Nya akan disebut sebagai keluarga Yesus.
Kita jujur mengakui bahwa dalam kehidupan kita ditengah dunia ini, kita sekian sering mengutamakan kehendak pribadi. Kehendak Tuhan kita kesampingkan. Ego pribadi kita dinomor-satukan. Konsekuesinya adalah kita lebih kuat melakukan kehendak pribadi kita.
Yesus hari ini mengajak kita pengikut-Nya, untuk kembali membangun komitmen pribadi kita. Kita membangun komitmen untuk menomor-satukan kehendak Allah dalam kehidupan kita. Kita membangun komitmen untuk melakukan kehendak Allah dalam perjalanan ziarah kita selanjutnya. Dengan demikian Anda dan saya tercatat sebagai anggota keluarga Yesus.
Selamat siang menjelang sore.
Semoga Renungan ini bisa bermanfaat bagi kita semua π
Salam, doa dan berkat selalu untukmu di bulan yang penuh rasa cinta kasih, dan sayang.
Penulis & Editor : Ketua Panitia Hari Raya Gerejawi dan Keagamaan "Apdon Tanesib, S. Pd"
Selamat Merayakan Bulan Keluarga bagi Umat Kristiani π✍️✍️✍️
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan benar π✍️